Semangat berhaji walau cacat
LONDON (Berita SuaraMedia) – Perjalanan ibadah ziarah Haji – sebuah kewajiban keagamaan yang setiap Muslim dewasa harapkan dilakukan sekali seumur hidup mereka – dapat menjadi sebuah tantangan yang berat.
Namun halangan-halangan secara tak terbatas lebih besar bagi para Muslim dengan keterbatasan fisik yang memilih untuk melakukan perjalanan spiritual tersebut.
Lebih dari dua juta Muslim turun ke Mekkah, di bagian barat Arab Saudi, untuk ibadah keagamaan tahunan tersebut.
Koresponden kantor berita BBC World Service's Heart and Soul, Meena Bakhtash berbicara kepada sebuah jangkauan Muslim dengan keterbatasan fisik tentang pengalaman ibadah Haji mereka.
Betty Hasan Amin seorang wanita yang mengalami kelumpuhan karena sebuah kecelakaan pada usia 17 tahun yang semula menyatakan niatnya untuk melakukan ibadah Haji pada tahun 1980 namun pada saat itu 12 tahun sebelumnya, sebenarnya wanita tersebut dapat pergi melakukan ibadah tahunan tersebut.
"Tepat dari awal, pada saat itu adalah sebuah perjuangan karena ketika saya mendekati pintu masuk, salah satu dari penjaga gedung mulai mengusir saya seolah-olah saya adalah sebuah lalat. Ketika saya berusaha untuk memutarinya, ia meloncat ke belakang di depan saya lagi."
Wanita tersebut kemudian berkata kepada dirinya sendiri, "Saya telah menjadi lumpuh selama 26 tahun, jangan biarkan siapapun mengambil hakmu dari dirimu untuk melakukan ibadah Haji."
Apapun masalah penjaga tersebut, wanita tersebut sudah bertekad untuk menjatuhkan penghalang apapun.
Wanita tersebut mengatakan bahwa pada saat itu ia sedikit ketakutan namun, "ketika saya melalui setengah jalan dari tujuh putaran tersebut, saya mulai merasa percaya diri."
Lain halnya dengan Faisal Rao yang mengidap Polio ketika ia masih seorang anak kecil. Kekhawatiran terbesarnya adalah kemungkinan bahwa ia akan tersesat. "Saya cukup terlihat, sehingga saya telah menonton sholat secara langsung yang disiarkan dari Mekkah. Saya sadar akan suasana yang luas dari kompleks tersebut. Melihat hal tersebut saya cukup khawatir tentang pergi dengan sebuah kelompok dan menjadi terpisah dari mereka."
"Ibadah Haji menjadi berat dalam hal bahwa ibadah tersebut sangat padat dan ketat dan banyak matras berbaris di kedua dinding begitu juga dengan sebuah gang kecil diantaranya. Jadi jika Anda berusaha untuk mendapatkan kursi roda untuk melewatinya, tidak ada jalan untuk melakukannya."
"Saya harus berada di atas lantai dan pergi dengan berlutut di tengah jalan gang menuju matras tersebut. Itu adalah sebuah masalah yang besar. Namun semua hal tersebut merasa seperti saya telah melakukan sesuatu yang benar-benar dapat dibanggakan. Anda dapat hidup dengan momen sesaat tersebut selama sisa hidup Anda."
Sana Viner merasa bahwa ada begitu banyak yang dapat ia lakukan untuk membuat orang-orang disekelilingnya menyadari bahwa ia buta, salah satunya adalah membawa anjing pemandunya namun ia tidak dapat melakukannya di Mekkah. Ia bisa saja membawa tongkatnya sepenuhnya diperpanjang setiap waktu. "Pada saat itu adalah sebuah tabrakan yang besar namun setiap orang disekeliling kami benar-benar ingin berusaha dan membawa saya ke sana. Mereka ingin saya untuk dapat pergi menuju Hajar Aswat dan menyentuhnya."
Pada awalnya Sana Viner agak khawatir bahwa ia kemungkinan tidak bisa mendapatkan dampak keseluruhan dari melihat Ka'bah untuk pertama kalinya karena ia tidak akan secara visual melihatnya.
"Dengan jelas kami diberitahu ketika Anda melihat Ka'bah untuk pertama kalinya bahwa saat itu adalah sebuah momen yang sangat, sangat penting. Ketika kami mulai mengelilingi Ka'bah, saya benar-benar merasakan perasaan kagum yang sama halnya dengan orang lain yang melihatnya secara langsung untuk pertama kalinya."
Viner sebenarnya berencana untuk menyentuh Hajar Aswat pada kesempatan tertentu dan ia berhasil menyentuhnya, adalah hal yang penting bagi Muslim untuk dapat menyentuhnya, karena jarang yang mendapatkan kesempatan semacam itu. "Saya sangat senang bahwa saya berhasil menyentuhnya karena cara saya telah membayangkannya benar-benar berbeda dengan bagaimana kenyataannya dan perasaan yang saya dapatkan, tidak akan pernah saya lupakan. Benar-benar menakjubkan."
Shaykh Abdel Aziz mengatakan bahwa keseluruhan perjalanan Haji adalah tentang belajar membantu satu sama lain, toleransi, menjadi sabar, belajar dan mengatur kemarahan.
"Seseorang dengan keterbatasan fisik adalah sebuah ujian yang sangat besar bagi para jamaah Haji untuk menunggu selama waktu yang cukup lama. Hal itu mengajarkan mereka tentang kesabaran, toleransi, mereka belajar untuk menghargai Allah yang Mahakuasa dan mereka benar-benar belajar."
Pada saat yang bersamaan, beberapa dari mereka yang tidak dapat mengendalikan kesabaran mereka dan mereka menjadi sangat mudah marah. Jadi ini adalah sebuah pelajaran yang hebat.
This entry was posted
on Kamis, 02 Desember 2010
at 06.46
. You can follow any responses to this entry through the
.